Skip to main content

Pelaksanaan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) di SMP Negeri 7 Madiun TA. 2024/2025 berlanjut pada kegiatan P5 kedua, yaitu P5 Kreasi Batik. Kegiatan yang diselenggarakan dimulai dari menyimak materi, pembuatan cap, praktik, hingga finishing dan pembuatan laporan.

P5 Kreasi Batik berlangsung selama 3 hari per angkatan. Kelas 7 mengikuti P5 Kreasi Batik pada tanggal 29-31 Oktober, Kelas 8 pada 5-7 November, dan Kelas 9 pada 12-14 November. P5 Kreasi Batik terdiri atas beberapa aktivitas.

Siswa terlebih dahulu menerima materi tentang membatik pada Google Classroom. Materi yang disampaikan terkait informasi Batik Nusantara yang ditayangkan pada slide dan video. Setelah itu, siswa mengerjakan tugas membuat “Langkah-langkah Membuat Batik Jumputan dan Ciprat” sesuai dengan format di Google Docs yang tersedia.

Pada sesi berikutnya, siswa melakukan kegiatan pembuatan cap yang menggunakan bahan dasar kardus susu yang dimanfaatkan kembali. Kardus susu ini dipotong menggunakan cutter dengan lebar 2cm dan terdiri atas beberapa lapis agar cap yang dihasilkan dapat terbentuk dengan baik. Siswa membuat cap dengan motif Merak yang menjadi ciri khas batik SMP Negeri 7 Madiun yang berlokasi di Jl. Merak.

 

Tak lupa, siswa membuat motif batik hasil dari studi pustaka yang dilakukan sebelumnya. Siswa mempelajari terlebih dahulu teori warna, motif, kombinasi, komposisi, dsb. Motif batik ini dibuat pada kertas A3 dan diwarnai menggunakan alat pewarna seperti krayon, cat air, spidol, dsb.

Pada hari kedua dan ketiga, kelas-kelas dibagi menjadi beberapa kelompok untuk menentukan batik apa yang akan dibuat. Batik yang akan dibuat terdiri dari beberapa macam, yaitu batik jumputan, batik ciprat 1 kali pewarnaan, batik ciprat 2 kali pewarnaan, dan batik abstrak. Keempat jenis tersebut memiliki langkah yang berbeda.

Pada batik jumputan, kain terlebih dahulu dicap dengan malam. Lalu, kain diberi cairan waterglass dan dijumput. Setelah itu, kain diberi warna dan didiamkan kurang lebih 1-1,5 jam. Setelah warna teresap sempurna, kain dicuci dengan air.

 

Pada batik ciprat, kain terlebih dahulu dicap dan diciprat menggunakan malam. Setelah itu, kain diberi warna dan dijemur sampai kering. Setelah itu, kain diberi cairan waterglass untuk mengunci warna dan diangin-anginkan selama minimal 1 jam dan dicuci setelahnya.

Siswa juga diberi kebebasan untuk menambahkan motif abstrak pada batik Ciprat yang dibuat. Untuk desain motif abstrak, siswa mendapat bimbingan langsung dari Bapak Kepala Sekolah yaitu Bapak Sapto Usada, S.Pd. yang pernah mengemban tugas sebagai Guru Seni Budaya.

Kain kemudian dicuci lalu kain dilorod, yaitu proses melepaskan malam dari kain dengan direbus. Setelah malam berhasil terlepas dan dicuci, kain dijemur hingga kering. Untuk 2 kali pewarnaan, setelah dikeringkan, dilakukan pengecapan dan cipratan kedua dengan malam dan diberi warna dasar gelap. Setelah itu, proses pewarnaan hingga pengeringan dilakukan hingga selesai.

Motif yang dibentuk menggunakan malam pada pembuatan batik diatas dibuat menggunakan kuas, canting, ranting dahan, dsb. Tak lupa setiap kelompok mendokumentasikan seluruh proses pembuatan batik tersebut. Setiap kelompok juga diwajibkan membuat laporan kegiatan dan mengumpulkan dokumentasi yang telah dilakukan.

Hasil batik yang dibuat oleh anak-anak memiliki karakteristik yang berbeda-beda, menciptakan keragaman batik yang unik dan melatih anak-anak untuk mengembangkan kreatifitas seninya.

Leave a Reply